TENTANG BEASISWA VDMI






Yayasan VDMI (Van Deventer-Maas Indonesia) adalah yayasan yang telah berdiri sejak tahun 1947. Yayasan ini didirikan oleh Conrad T. ('Coen') van Deventer dan istrinya Elisabeth M. (Betsy) Maas. Mereka pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1880 pada saat keduanya baru saja menyelesaikan perkuliahan. Kemudian, mereka tinggal selama 17 tahun di Ambon dan Semarang). Van Deventer merupakan rekan dari Bupati Jepara dan pada tahun 1881, dalam kunjungannya ke rumah Bupati, ia bertemu putri bupati yang berusia 12 tahun yaitu R.A. Kartini.


Setelah 17 tahun tinggal di Indonesia, keduanya pulang ke Belanda. Pada tahun 1905, Coen terpilih sebagai Anggota Parlemen Belanda, di mana ia secara konsisten menyuarakan penyediaan pendidikan yang lebih banyak dan lebih baik, irigasi, fasilitas kredit, jalan dan kereta api, emigrasi dari Jawa ke Sumatera, dan peraturan untuk memerangi kecanduan opium.
Pada tahun 1912, tak lama setelah terpilih menjadi Senat Belanda, Coen dan Betsy berkunjung kembali ke Indonesia. Kunjungan ini menegaskan impresi mereka bahwa kebijakan kolonial baru berbuat sedikit sekali untuk memajukan pendidikan, dengan hanya sekitar 5 persen dari anak-anak Indonesia (dan hampir tidak ada perempuan) yang memiliki akses ke pendidikan formal.
Sebenarnya, Coen dan Betsy sudah sangat di pengaruhi oleh surat-surat R.A Kartini tentang bagaimana pendidikan di Indonesia. Dalam beberapa tahun, Coen, Betsy, serta teman-teman mereka mengumpulkan dana untuk membangun empat yayasan baru: Yayasan Kartini, Yayasan Van Deventer, Yayasan Tjandi dan Yayasan Max Havelaar, empat yayasan yang kemudian dimasukkan ke dalam Van Deventer-Maas Stichting yang semuanya bertujuan untuk mempromosikan pendidikan Indonesia. Setelah kematian Van Deventer pada tahun 1915, teman-temannya dan Betsy Maas mendirikan Yayasan Van Deventer untuk menyediakan sekolah menengah untuk perempuan Indonesia dan juga memberikan pinjaman bebas bunga ke beberapa anak Indonesia untuk bersekolah di Belanda.
Setelah kematian suaminya, Betsy tidak pernah lagi mengunjungi Indonesia, tetapi ketertarikannya terhadap pendidikan di Indonesia membuatnya terus mengirimkan uang kepada sekolah-sekolah Kartini dan Van Deventer. Betsy pun tetap berhubungan dengan guru, murid dan alumni Van Deventer melalui pos. Setiap siswa yang lulus akan diberikan ucapan selamat dan pensil perak sebagai hadiah pribadi darinya.
Betsy kemudian meninggal pada tahun 1942 di usia 84 tahun. Karena Coen dan Betsy tidak memiliki anak, Betsy Maas meninggalkan sebagian besar kekayaan yang cukup baginya untuk mendirikan sebuah yayasan baru, Yayasan Van Deventer-Maas. Yayasan ini memiliki tujuan utama uaitu untuk meningkatkan penyediaan pendidikan, dan pengembangan serta pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan untuk perempuan Indonesia. Lebih dari 70 tahun setelah kematian Betsy Maas, VDMS terus menggunakan pendapatan dana hibah ini untuk mempromosikan cita-cita R.A. Kartini, Coen Van Deventer dan Betsy Maas, sesuai dengan keinginannya.
Saat ini VDMS menyediakan sekitar lebih kurang 1000 beasiswa setiap tahun untuk muda-mudi Indonesia yang berbakat dari latar belakang keluarga sederhana, di 35 universitas, perguruan tinggi dan satu sekolah menengah. VDMI juga menyediakan kursus singkat kepada penerima beasiswa untuk meningkatkan soft skill mereka (yaitu kemampuan pribadi, sosial dan intelektual) dan kemungkinan masuk ke pasar kerja.


Comments

Popular posts from this blog

Toxic Relationship: Kasih Sayang dalam Lubang Jebakan

RANDOM FACT ABOUT ME

Selamat ulang tahun, aku.