Toxic Relationship: Kasih Sayang dalam Lubang Jebakan
Source:
google image
“Aku tuh
ngga bisa hidup tanpa kamu”
Kalimat tersebut merupakan senjata pamungkas dari
orang yang sering memberikan toxic relationship kepada pasangannya. Toxic
relationship merupakan sebuah istilah untuk hubungan beracun yang menjatuhkan,
tidak menyenangkan, penuh dengan emosi negatif, serta berujung pada kekerasan. Hubungan
jenis ini termasuk ke dalam jenis cinta mania yaitu cinta yang di dalamnya terkandung
emosi yang naik-turun dan perilaku obsesif dan posesif yang berlebihan terhadap
pasangannya, Lee (dalam Avinash et al, 2014). Pada umumnya, toxic relationship
kerap kali dilakukan oleh pria kepada wanitanya (Iordanescu, Iordanescu, &
Draghici, 2014).
Pada dasarnya, setiap orang yang mengalami toxic
relationship tidak sadar bahwa dirinya sedang terjebak. Hal ini disebabkan oleh
sikap pelaku yang pandai sekali memanipulasi hubungan sebagai tanda sayangnya.
Pelaku mulanya memperlakukan korban dengan sangat manis sehingga korban merasa
dirinya beruntung karena telah di cintai dengan semestinya. Selanjutnya, pelaku
akan membuat korban sebagai orang yang yang paling berarti di dunianya, bahwa
dia sangat cinta dan tidak bisa apa-apa tanpa korban. Dari sini, mulailah pelaku
beraksi untuk menguasai dunia korban. Pelaku mulai mengontrol ponsel korban,
mengontrol pertemanan, dan mengontrol segala sesuatu yang menyangkut kehidupan
korban. Hal ini dilakukan atas dasar sayang “katanya” dan tidak ingin
kehilangan. Pengontrolan yang sangat ketat ini pun tak jarang akan berujung pada
konflik hingga memicu pertengkaran. Anehnya, pertengkaran yang terjadi bukanlah
pertengkaran konstruktif. Melainkan pertengkaran destruktif yang sering kali
disertai dengan kekerasan. Pelaku pandai
sekali berbohong, ia tidak akan mau mengakui kesalahannya. Sehingga, korbanlah
yang terus menerus di salahkan. Akibatnya, korban merasa dirinya selalu salah, tidak
berguna, tidak percaya diri, serta tidak dapat mengambil keputusan atas
hubungannya sendiri.
Contoh kasus toxic relationship yang pernah terjadi
datang dari model cantik Indonesia yang sudah lama berkiprah di New York yaitu
Dylan Sada. Melalui akun instagramnya, Dylan membagikan kisah pilunya itu.
Dylan mengaku bahwa ia kerap kali mendapat
kekerasan verbal maupun fisik oleh pacarnya.
Melalaui unggahan cerita instagramnya, Dylan menceritakan bahwa ia di
pukul, diikat, disikut di bagian wajah dengan keras sehingga lidahnya tergigit
dan rambutnya ditarik ketika ia mencoba melarikan diri lalu kemudian badannya dibanting. Selama ini, dylan takut
untuk melaporkannya kepada polisi sebab ancaman dari pacarnya dan rasa
sayangnya yang besar kepada pasangannya serta selalu beranggapan bahwa kelak
pasangannya akan berubah.
Kenyataannya, banyak orang yang sudah menyadari bahwa ia terjebak dalam
toxic relationship namun tidak tahu bagaimana caranya untuk keluar. Mereka yang
terjebak dan tidak bisa keluar akan beralasan dengan sulitnya untuk memulai
lagi dengan yang baru, merasa sangat dibutuhkan pasangannya, terlanjur sayang,
serta yakin bahwa suatu saat pasangannya akan berubah. Menurut penelitian, kekerasan
dalam berpacaran banyak terjadi akibat rendahnya harga diri salah satu pasangan
yang menjadi korban kekerasan tersebut (Rakovec
F, 2014; Hancock, Keast, & Ellis, 2017). Perasaan inferior,
rendah diri, dan tidak berharga membuat korban menerima saja perlakuan
kekerasan dari pasangannya. Mereka menganggap bahwa diri mereka tidak ada
apa-apa dan pasangannya adalah segala-galanya. Jadi, menurut saya cara terbaik
untuk keluar dari hubungan beracun ini adalah dengan masuk ke dalam diri
sendiri. Mulailah untuk belajar
mencintai diri sendiri lebih dahulu, terima apapun itu kekuranganmu, dan yakinkan
bahwa dirimu sangat berharga. Kamu harus berani untuk mengakhiri hubungan
beracun dan keluar dari lubang jebakan ini. Ingatlah bahwa, dahulu jauh sebelum
kamu memulai hubungan dengan dia,
hidupmu baik-baik saja dan kamu sangat bahagia. Maka, apa bedanya nanti setelah putus dengan dia? Memang menyakitkan untuk
keluar dari zona itu, tapi yakinlah jika ini akan jauh lebih menyakitkan lagi
jika kamu memaksakan untuk bertahan dengannya. Jadi, samapai kapan kamu mau
membiarkan dirimu terjebak?
DAFTAR PUSTAKA
Avinash, P., Kalra, G., Subramanyam, A., Shah, H.,
& Kamath, R. (2015). Love styles of young adults in a metropolitan city of
India. Journal of Psychiatry & Allied Scienes, 1-8. doi:
10.5958/2394-2061.2015.00002.6
Hancock, K., Keast, H., & Ellis, W. (2017). The impact of
cyber dating abuse on self-esteem: The mediating role of. Journal of
Psychosocial research, 1-13.
Iordanescu, E., Iordanescu, C., & Draghici, A. (2015).
Time and gender influence in sexual behavior of Romanian. Procedia - Social
and Behavioral Sciences, 757 – 761.
Rakovec-Felser, Z. (2014). Domestic violence and abuse in
intimate relationship from public health perspective. Health Psychology
Research, 2(1821), 62-67.
Comments
Post a Comment